Senin, 25 Juni 2012

kebutuhan pemberian kapur pertanian sesuai dengan derajat keasaman kolam ikan

kebutuhan pemberian kapur pertanian sesuai dengan derajat keasaman kolam ikan

- bila ph (derajat keasaman) kolam nilai nya 6 - 7 maka dosis kapur yang diberikan adalah 0,3 - 0,5 ton/ha

- bila ph (derajat keasaman) kolam nilai nya 5 - 6 maka dosis kapur yang diberikan adalah 0,5 - 1,5 ton/ha

- bila ph (derajat keasaman) kolam nilai nya 4 - 5 maka dosis kapur yang diberikan adalah 1,0 - 1,5 ton/ha

- bila ph (derajat keasaman) kolam nilai nya 3 - 4 maka dosis kapur yang diberikan adalah 2,0 - 4,0 ton/ha

(Handajani H. dan Hastuti, S.D. 2002)


Minggu, 24 Juni 2012

fungsi pengapuran pada kolam ikan dan jenis kapur yang digunakan

Tujuan Pengapuran pada kolam budidaya ikan

1. Untuk menaikan pH tanah
2. Mempercepat dekomposisi sisa bahan organik menjadi nutrien
3. memberantas hama penyakit ikan
4. Mengikat Zarah lumpur yang melayang-layang dalam air sehingga air bisa menjadi jernih
5. Mengikat kelebihan CO2 yang dihasilkan proses respirasi /pernapasan ikan maupun jasad renik dan penguraian limbah organik




jenis kapur yang dipakai meliputi
1. kapur pertanian (CaCO3)
2. Kapur Tohor (CaO)
3. Kapur Mati Ca(OH)2
4. Dolomite CaMg(CO3)2

Jumat, 22 Juni 2012

Kolam pemijahan arwana merah

Kolam pemijahan arwana merah

Arwana merah (Sclerophages formosus) dipijahkan di dalam kolam tanah. Induk arwana jantan dan betina disatukan ke dalam kolam yang sama. Secara rutin induk betina yang sedang mengeram telur diangkat untuk dipindahkan larvanya ke akuarium.
pada tepi kolam dibuat pagar pembatas yang diberi pintu untuk menangkap induk arwana yang sudah mengeram.

Rabu, 20 Juni 2012

Giving Fish Feed carp

Giving Fish Feed carp




Carp is a fish that has a somewhat slower growth but the price is relatively increased at any time. Carp (Osphronemus goramy) is a type of freshwater fish are popular and well liked as a food fish in Southeast Asia and South Asia. Carp including fish farming that need more attention in cultivation compared to other food fish.
Carp breeding success starts from the feed delivery techniques. There are several things that must be considered by the farmers for cultivation of carp can be successful and produce.
Regular feeding with high quality and quantity can improve the growth of the fish more quickly. Parent-parent and guaranteed healthy carp diet twice a year can dipijahkan row for 5 years (www.ristek.go.id). Carp fish known as the slow movement that is often unable to compete with other fish species in the fight over animal foods. So it is not surprising that growth is not as fast as other omnivorous fish.
To stimulate the growth of carp should be given animal and vegetable food in the ideal composition. Carp can not be 100% of the feed mill because the meat will become mushy. To meet the feed plant, can provide various types of vegetation such as sente leaves, water spinach, cassava leaves, water plants or the leaves of land plants are soft and young. If the coupled enzyme complexes, the composition of animal and vegetable feeding well is 2% / kg. Based on the experience of some farmers, giving sente leaves (Alocasia machoriza), a type of taro showed the best growth. Vegetable feeding begins when the seed about the size of a match or approximately 3.5 months old (Agus, 2001).
The feed is given in the form of pellets with protein content adjusted to the size of the fish if: a). 3-5 cm size fish protein content of 38%, b). 5-15 cm size fish protein levels 32% and c). Size of fish> 15 cm in the protein levels of 28% (National Standardization Agency, 2009).
Daily ration of artificial feed made periodically with a dose of 1-3% of the weight of biomass per day with a frequency of 1-2 times per day ie morning and afternoon. While forage feed is given at a dose of 1-2% of the weight of biomass per day with a frequency of once per day.
With the benchmark dose, then the weight of feed per day can change with the addition of weight of fish in the pond. Addition of weight is often referred to as growth. The amount of growth can be detected through sampling technical (pick up some fish and weigh its weight). Total weight of fish in the pond is the multiplication of the average weight of fish sampled by the number of fish that are kept. Adjustment of the amount of feed adjusted to the total weight of fish sampling is conducted once in two weeks.
source: http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Minggu, 17 Juni 2012

Guppy Fish Farming Techniques

Guppy Fish Farming Techniques

Guppy fish is one fish species from the family Poicilidae, where fish of this family include easy-bred fish. The special feature of guppy fish is wide and patterned tail spots. Complexion spots are composed of various colors, like blue, black, yellow, or red only. The length of an adult guppy can reach 3-4 cm.
The selection of the parent
How to differentiate the male and female by looking at body shape and color. Sharp colored male parent and female parent body lean while he was short and plump and opaque body color.
Spawning
· Preparation of spawning
Containers for spawning wall of tub or plastic tub measuring 1 x 1 x 0.5 m, 2 x 1 x 0.5 m or 4 x 4 x 0.5 m with a high water 25-40 cm and low aeration.
Water used for spawning has a pH of 6-7 and temperature 24 - 28oC. Substrates used to place the parent making out and put the egg in the form of Hydrilla.
· The Spawning
Spawning takes place in bulk with a male-female ratio of 1: 2 with a solid tail stocking 15/50 liter of water.
Spawning is marked with a guppy males chasing females and always "heading" the female anus and sometimes put his body into the female body.
After 4-7 days, usually kids guppy fish swimming in the water. After that, it can be separated from its mother.
Treatment Eggs, larvae and Children
- To avoid fungal attack, the media is dissolved MGO pet egg and MB
- Each parent can produce 10-50 tail, juvenile fish are then transferred to another container that has been prepared.
- Food that is provided in the form of infusoria until the age of 5-7 days.
- To protect the juvenile fish in the maintenance of container plants are given water hyacinth or water in the form of Hydrilla.
source: http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Sabtu, 16 Juni 2012

Ganggang Coklat Indonesia Mampu Obati Tumor

Ganggang Coklat Indonesia Mampu Obati Tumor PDF Print E-mail
Baru–baru ini, Balai Besar Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan Produk dan Bioteknologi (BBRP2B) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) mengumumkan hasil penelitian terbarunya. Spesies ganggang coklat yakni Turbinaria decurrens yang hidup di Indonesia dinilai mampu membunuh sel tumor mulut rahim. 
 
Penelitian yang menyatakan bahwa ganggang atau rumput laut dapat mengobati kanker bukan pertama kalinya. Sebelumnya, ganggang merah jenis Rhodymenia palmata dan ganggang hijau jenis Ulva fasciata juga dilaporkan bisa membunuh sel tumor payudara.
 
Menurut salah satu peneliti riset tersebut, Nurrahmi Dewi Fajarningsih, rumput laut kaya akan senyawa flavonoids yang mempunyai efek sebagai antitumor. Ia berharap dengan riset tersebut pemanfaatan ganggang harus diperluas.“Pemanfaatan ganggang sebaiknya tidak sebatas sumber karigin saja, tetapi bisa menjadi sumber daya alam hayati bahan baku obat-obatan,” ungkapnya.
 
Sementara itu, Kepala Badan Litbang Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rizald M. Rompas menambahkan, bila Indonesia berhasil menciptakan industri obat-obatan berbasis rumput laut, maka hasilnya bisa mencapai lima hingga enam kali lebih besar daripada nilai hasil budidaya ikan di Indonesia setahun.


sumber : www.kkp.go.id

Kamis, 14 Juni 2012

Teknik Budidaya Ikan Guppy

Teknik Budidaya Ikan Guppy PDF Print E-mail
Ikan Guppy merupakan salah satu jenis ikan dari famili Poicilidae, dimana ikan dari famili ini termasuk ikan yang mudah dikembangbiakan. Ciri khusus dari ikan guppy adalah ekornya yang melebar dan bercorak batik. Corak batik ini terdiri dari berbagai warna, seperti biru, hitam, kuning, atau merah saja. Panjang guppy dewasa bisa mencapai 3 – 4 cm.

Pemilihan induk
Cara membedakan induk jantan dan betina dengan melihat bentuk tubuh dan warnanya. Induk jantan berwarna tajam dan tubuhnya ramping sedangkan induk betina tubuhnya pendek dan gemuk serta warna tubuhnya buram.
Pemijahan
· Persiapan pemijahan
Wadah untuk pemijahan berupa bak tembok atau bak plastik berukuran 1 x 1 x 0,5 m, 2 x 1 x 0,5 m atau 4 x 4 x 0,5 m dengan tinggi air 25 – 40 cm dan aerasi lemah.
Air yang digunakan untuk pemijahan memiliki pH 6 – 7 dan suhu 24 – 28oC. Substrat yang digunakan untuk tempat induk bercumbu dan menempelkan telur berupa hydrilla.
· Proses Pemijahan
Pemijahan berlangsung secara massal dengan rasio jantan dan betina 1 : 2 dengan padat tebar 15 ekor/ 50 liter air.
Pemijahan ditandai dengan guppy jantan yang mengejar-ngejar betina dan selalu ”menanduk-nanduk” bagian anus betina serta terkadang menempelkan badannya ke badan betina.
Setelah 4 – 7 hari, biasanya anak-anak ikan guppy berenang di permukaan air. Setelah itu, dapat dipisahkan dari induknya.
Perawatan Telur, Larva dan Anak
- Untuk menghindari serangan jamur, pada media mepeliharaan telur dilarutkan MGO dan MB
- Setiap induk dapat menghasilkan 10 – 50 ekor, anak ikan tersebut kemudian dipindahkan ke wadah lain yang telah disiapkan.
- Pakan yang diberikan berupa infusoria sampai berumur 5 – 7 hari.
- Untuk melindungi anak ikan maka pada wadah pemeliharaan diberikan eceng gondok atau tanaman air berupa hydrilla.
sumber :http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id
 

Rabu, 13 Juni 2012

Karamba dan Teknik Pembuatannya

Karamba dan Teknik Pembuatannya PDF Print E-mail
Karamba adalah wadah usaha budidaya berupa kurungan berbentuk segiempat dan terbuat dari bahan kayu, bambu atau besi. Karamba biasanya diletakkan di perairan seperti sungai, danau, waduk, situ atau saluran irigasi. Karamba dipancang dengan pasak atau jangkar, dengan posisi terendam sebagian atau seluruhnya. Karamba yang siap digunakan belum tersedia di pasaran, namun bahan-bahan pembuatan karamba cukup banyak tersedia.


Bahan Karamba
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan karamba terdiri dari balok kayu tahan air, besi, bambu, jaring serta pelampung.

Teknik Pembuatan Karamba
  1. Balok kayu atau besi berfungsi sebagai rangka, sedangkan jaring, kayu atau bambu dapat digunakan sebagai dinding karamba.
  2. Dinding karamba yang terbuat dari jaring terdiri dari dua lapis jaring dengan dinding terluar terbuat dari bahan polyethilene minimal D9 dan ukuran mata jaring maksimal 2,5 cm, sedangkan jaring bagian dalam terbuat dari bahan waring.
  3. Dinding karamba yang terbuat dari kayu/bambu jarak antar kisi ± 1,5 cm. Bentuk karamba adalah kotak segi empat, ukuran karamba minimal panjang 4 meter, lebar 3 meter dan tinggi 2 meter.
  4. Pada bagian tengah penutup karamba dibuat lubang terbuka berukuran 0,5 x 0,5 meter yang berfungsi sebagai tempat pemberian pakan dan pengontrolan ikan.

Penempatan karamba

Sebelum menempatkan karamba perlu dilakukan survei lokasi guna menghindari faktor-faktor lingkungan perairan yang tidak sesuai. Karamba dapat ditempatkan pada sungai, waduk, situ, danau dan saluran irigasi dengan 2/3 bagian berada di dalam air dan 1/3 bagian di atas permukaan air dengan jarak antara dasar perairan dengan dasar karamba ± 50 cm.     

Pada umumnya karamba ditempatkan di pinggir sungai secara berkelompok dan setiap kelompok terdapat 20 – 40 karamba. Penempatannya secara berpasangan dan diantara pasangan karamba ditempatkan bambu bulat yang berfungsi sebagai tempat pengikat, sekaligus sebagai pelampung karamba. Diantara tiap karamba dibuat jalan penghubung dari papan kayu. Kedua ujung bambu tersebut di ikat pada tiang yang ditancapkan ke dasar sungai sebagai penahan agar karamba tidak terbawa arus air. Untuk setiap kelompok, diatas bambu pelampung dibuat pondok ukuran 1,5 x 1,5 x 1,5 meter sebagai tempat berteduh bagi petugas jaga dengan rangka pondok terbuat dari bambu dan kayu, lantai dari bambu dan atap dari daun rumbia atau nipah.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Tehnik Pemberian Pakan Ikan Gurame

Teknik Pemberian Pakan Ikan Gurame PDF Print E-mail
Gurame merupakan ikan yang memiliki pertumbuhan agak lambat namun harganya relatif meningkat setiap saat. Gurami (Osphronemus goramy) adalah sejenis ikan air tawar yang populer dan disukai sebagai ikan konsumsi di Asia Tenggara dan Asia Selatan. Gurame termasuk ikan budidaya yang butuh perhatian lebih dalam pembudidayaannya dibandingkan dengan ikan konsumsi lainnya.

Keberhasilan pembudidayaan ikan gurame dimulai dari teknik pemberian pakannya. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan oleh pembudidaya agar pembudidayaan ikan guramenya dapat berhasil dan menghasilkan.
Pemberian pakan yang teratur dengan kualitas dan kuantitas yang tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan tubuh ikan lebih cepat. Induk–induk gurami yang sehat dan terjamin makanannya dapat dipijahkan dua kali setahun berturut-turut selama 5 tahun (www.ristek.go.id). Gurami terkenal sebagai ikan yang gerakannya lambat sehingga sering kalah bersaing dengan jenis ikan lain dalam memperebutkan makanan hewani. Jadi tak mengherankan jika pertumbuhannya tidak secepat ikan omnivora lainnya.

Untuk merangsang pertumbuhan gurami perlu diberikan pakan hewani dan nabati dalam komposisi yang ideal. Gurami tidak dapat diberi 100% pakan pabrik karena dagingnya akan menjadi lembek. Untuk memenuhi pakan nabati, bisa disediakan berbagai jenis hijauan seperti daun sente, kangkung, daun ubi kayu, tanaman air atau daun tanaman darat yang lunak dan masih muda. Jika ditambah enzim komplek, komposisi pemberian pakan  hewani dan nabati yang baik adalah 2%/kg. Berdasarkan pengalaman beberapa petani, pemberian daun sente (Alocasia machoriza), sejenis talas–talasan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik. Pemberian pakan nabati dimulai saat benih seukuran korek atau kira-kira berumur 3,5 bulan (Agus, 2001).

Pakan diberikan berupa pelet dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan ukuran ikan jika: a). Ukuran ikan 3–5 cm kadar proteinnya 38%, b). Ukuran ikan 5–15 cm kadar proteinnya 32% dan c). Ukuran ikan > 15 cm kadar proteinnya 28% (Badan Standardisasi Nasional, 2009).

Ransum harian pakan buatan dilakukan secara berkala dengan dosis 1–3% dari bobot biomass perhari dengan frekuensi pemberian 1–2 kali per hari yaitu pagi dan sore. Sedangkan pakan hijauan diberikan dengan dosis 1–2% dari bobot biomass perhari dengan frekuensi satu kali per hari.


Dengan patokan dosis tersebut, maka bobot pakan per hari dapat berubah seiring dengan penambahan bobot ikan dalam kolam. Penambahan bobot tersebut sering disebut dengan pertumbuhan. Besarnya pertumbuhan dapat diketahui melalui teknis sampling (mengambil beberapa ekor ikan dan menimbang bobotnya). Bobot total ikan dalam kolam adalah perkalian antara bobot rata-rata ikan yang disampling dengan jumlah ikan yang dipelihara. Penyesuaian jumlah pakan disesuaikan dengan hasil sampling bobot total ikan yang dilakukan sekali dalam dua pekan.
sumber : http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id

Senin, 11 Juni 2012

Arwana Golden Pino






pertumbuhan 
pertumbuhan dan warna arwana dipengaruhi oleh pakan dan kualitas air yang baik 


Minggu, 10 Juni 2012

budidaya rumput laut metode jalur

Budidaya Rumput Laut metode Jalur PDF Print E-mail
Metode budidaya rumput laut di masing-masing daerah berkembang sesuai dengan kebiasaan dan kondisi lokasi perairan di wilayah tersebut. Selain dari ketiga metode budidaya rumput laut yang ada (lepas dasar, rakit apung dan longline) telah berkembang di masyarakat metode baru yaitu metoda jalur.
Metode ini merupakan kombinasi antara metode rakit dan metode long line. Kerangka metode ini terbuat dari bambu yang disusun sejajar. Pada kedua ujung setiap bambu dihubungkan dengan tali PE diameter 0,6 mm sehingga membentuk persegi panjang dengan ukuran 5 m x 7 m per petak. Satu unit terdiri dari 5 – 7 petak. Pada kedua ujung setiap unit diberi jangkar seberat 100 kg. Penanaman dimulai dengan mengikat bibit rumput laut ke tali jalur yang telah dilengkapi tali PE 0,2 cm sebagai pengikat bibit rumput laut. Setelah bibit diikat kemudian tali jalur tersebut dipasang pada kerangka yang telah tersedia dengan jarak tanam antar titik yang digunakan minimal 25 cm dan jarak antar tali kurang lebih 50 cm.

Untuk membuat 5 unit rakit ukuran per unit rakit 5 m x 35 m yaitu 1 unit rakit terdiri dari 5 petak dengan ukuran 5 x 7 m per petak, diperlukan bahan-bahan sebagai berikut :

Spesifikasi alat :- Bambu 30 batang; Tali PE D15 15 gulung; Tali PE 4 mm 44 kg; Tali PE 6 mm 10 kg; Tali jangkar PE 10 mm 34 kg; Pelampung 10 buah; Jangkar 10 buah; Keranjang panen 5 buah


Sarana Penunjang :
- Rak jemur 1 unit; Perahu dayung 1 buah; Peralatan kerja;

Bibit :
- Bibit : 7.000 ikatan per titik 100 gram dibutuhkan 700 kg untuk 1 unit (ukuran 1 unit 5 x 35 m : terdiri dari 5 petak ukuran petak 5 x 7 m).

Produktifitas :
- Panen bibit basah 700 kg
- Berat panen basah : 87.5 % dari jumlah ikatan bibit = 4.900 ikatan
- Apabila Kisaran berat rata-rata panen 800 gram per rumpun maka hasil panen 3.920 kg basah, Berat kering (8 : 1) = 490 kg.
sumber :http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id
 

Beberapa Istilah Perikanan

Istilah - istilah perikanan :

1. Produksi adalah rangkaian kegiatan penangkapan di laut dan perairan umum termasuk kekerangan hidup.
2. Pengolahan adalah rangkaian kegiatan dan atau perlakuan dari bahan baku ikan sampai menjadi produk akhir untuk menjadi konsumsi manusia.
3. Distribusi adalah rangkaian kegiatan penyaluran hasil perikanan dari suatu tempat ke tempat lain sejak produksi, pengolahan sampai pemasaran.
4. Kapal Penangkap Ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.
5. Kapal Pengangkut Ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung, menyimpan, mendinginkan, dan/atau mengawetkan.
6. Unit Pengolahan Ikan adalah tempat usaha yang dipergunakan untuk menangani clan mengolah ikan.
7. Ikan adalah segala jenis organisms yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
8. Hasil Perikanan adalah ikan yang ditangani dan/atau diolah untuk konsumsi manusia.
9. Produk Perikanan adalah setiap bentuk produksi pangan berupa ikan utuh atau produk yang mengandung bagian ikan, termasuk produk yang sudah di olah dengan care apapun yang berbahan baku utama ikan.

Budidaya Nilem

Teknologi Budi Daya ikan Nilem

Teknologi budi daya nilem tidak berkembang terlalu pesat seperti jenis ikan lainnya. Pasalnya, ikan ini mudah memijah secara alami di kolam budi daya, sehingga tidak diperlukan upaya khusus dalam kegiatan pemijahannya. Pemeliharaan nilem umumnya dilakukan secara tradisional di kolam-kolam budi daya di daerah dataran tinggi. Belum ada pembudidaya yang memelihara nilem di sawah atau di KJA.

Dalam pembudidayaan dan perkembangbiakannya, nilem menyukai perairan yang airnya bersih, jernih, dan mengalir perlahan. Khusus di Jawa Barat, pembenihan dilakukan dengan tiga cara, yaitu ala Tarogong, ala Galunggung, dan ala Nagrek. Teknik pemijahannya dilakukan secara massal, yaitu ke dalam kolam seluas 300 m2 dimasukkan induk sebanyak 100 pasang. Induk ini akan memijah secara alami, terutama jika kolam pemijahannya banyak ditumbuhi tanaman air.Telur yang telah menetas menjadi larva akan berkembang dan tumbuh dengan baik jika di kolam pemijahan tersedia pakan alami berupa plankton.

Sementara itu, pembesaran nilem dapat. dilakukan di kolam khusus pembesaran yang telah diberi pupuk organik (pupuk kandang) Untuk menumbuhkan pakan alami. Benih yang digunakan untuk pembesaran berukuran 3-5 cm. selama pembesaran benih nilem diberi pakan buatan berupa dedak halus atau hancuran pelet. Para pembudidaya nilem di jawa Barat biasa melakukan pembesaran nilem dengan sistem longyam atau balong hayam, pemeliharaan ikan bersama ayam). Setelah dipelihara selama 4 bulan, ukuran nilem sudah mencapai 30 ekor per kg dan siap dipanen serta dipasarkan sebagai ikan konsumsi.
Sumber : Khairul Amri, S.Pi, M.Si dan Khairuman, S.P. AgroMedia Pustaka, 2008

Sabtu, 09 Juni 2012

Ikan Air Tawar Pilihan Baru Petani

Ikan Air Tawar Pilihan Baru Petani PDF Print E-mail
Budidaya perikanan air tawar di pinggir Sungai Komering, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan, kian menggeliat selama empat tahun terakhir ini. Meski belum maksimal, usaha yang menggunakan sistem keramba tersebut telah menjadi penopang ekonomi masyarakat setempat.

Memasuki Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatera Selatan (Sumsel), karamba (sangkar ikan dalam bahasa lokal) tampak berjajar di sepanjang Sungai Komering. Di Desa Jejawi, Kecamatan Jejawi, tepian sungai itu juga diwarnai kesibukan pembuatan karamba-karamba baru.
Salah seorang warga, Damiri (57), Senin (6/2), membuat karamba dari kayu, bambu, dan jaring berukuran 7,8 meter kubik. Ia telah menyiapkan modal Rp 2,5 juta untuk memelihara 3.000 ikan patin dalam karamba. Seumur hidup tinggal di tepi Sungai Komering, baru kali ini petani itu mencoba karamba. Jono (46), guru SD yang juga tinggal di Desa Jejawi, pun baru saja memasukkan tiga karamba baru ke Sungai Komering. Ia menyiapkan modal Rp 10 juta.
Di Kecamatan Jejawi, puluhan warga yang sebelumnya tak membudidaya ikan mulai membuat karamba. Geliat ini sejak tahun 2011. Pemicunya, antara lain, pengucuran bantuan Program Pengembangan Akuakultur Berkelanjutan untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan dan Pengurangan Kemiskinan (Safver) bagi pembudidaya ikan. Bantuan ini disalurkan Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) mulai 2009. Penerima bantuan harus sudah berpengelaman membudidayakan ikan, setidaknya mempunyai satu karamba.
Anwar Amin (52), Ketua Kelompok Bunga Desa, Kecamatan Jejawi, mengatakan, bantuan yang disalurkan lewat kelompok pembudidaya ikan itu, di antaranya, 3.000 benih ikan patin dan pakan 450 kilogram (kg). Warga praktis tak keluar modal untuk satu musim pemeliharaan untuk satu karamba. ”Banyak orang di sini membuat karamba. Sebagian anggota kelompok saya juga mulai buat tahun 2011,” ujarnya saat berjaga di dangau di tengah karamba-karamba milik kelompoknya.
Kabupaten OKI dikenal sebagai penghasil patin, nila, dan baung. Produksi ikan hasil budidaya itu terus bertambah. Tahun 2010, produksi mencapai 32.683,3 ton, meningkat dari 2006 sebanyak 26.312,1 ton.
Berdasarkan data Dinas Perikanan, Kelautan, dan Peternakan Kabupaten OKI tahun 2002, terdapat 27.778 rumah tangga pembudidaya ikan di daerah itu. Tahun 2010, terdata 8.138 karamba yang digunakan untuk budidaya patin, nila, dan baung. Jumlah ini terus berkembang. Di Kelompok Bunga Desa, misalnya, dari 15 karamba pada tahun 2011 menjadi 30 unit tahun 2012.
Satu karamba diisi 3.000 benih patin yang dipelihara selama tujuh bulan dengan hasil panen sekitar 1 ton. Adapun karamba yang diisi nila dapat dipanen dalam lima bulan dengan hasil rata-rata 400 kg. Harga patin di pasaran Rp 10.000-Rp 15.000 per kg tergantung musim. Adapun nila sekitar Rp 20.000 per kg.
Pendukung ekonomi
Budidaya ikan karamba menjadi pendukung perekonomian masyarakat. Hampir semua pembudidaya ikan karamba di sepanjang Sungai Komering di Kabupaten OKI awalnya adalah petani padi. Namun, beberapa tahun terakhir, hasil sawah dinilai semakin tak memadai.
Zanuri (55) mengaku memperoleh pendapatan sekitar Rp 6 juta pada panen ikan patin pertamanya akhir 2011. Ia menikmati keuntungan besar karena masih mendapat bantuan Safver sehingga belum banyak mengeluarkan modal usaha.
Dari pertanian, Zanuri hanya memperoleh sekitar 1,5 ton beras per tahun. Dengan tingginya harga pupuk dan pembasmi hama serta harga beras yang justru turun saat panen, Zanuri mengaku tak lagi dapat bersandar dari hasil sawah saja.
Tokoh masyarakat Desa Ulak Jermun, Kecamatan Sirah Pulo Padang (SP Padang), Ali Musir (65) membenarkan bahwa sawah di desanya semakin sulit diandalkan. Sebagian sawah sudah tiga tahun tak bisa ditanami karena terus terendam air. Hal ini terjadi sejak pembukaan perkebunan sawit yang disertai pembangunan tanggul-tanggul perkebunan oleh perusahaan di rawa-rawa sekitar sawah desa. Itu sebabnya, karamba menjadi andalan utama saat ini.
Ali yang juga ketua kelompok pembudidaya ikan karamba ikan tongkol itu mengatakan, baru sekitar tahun 1992 budidaya ikan karamba mulai dikenal luas masyarakat Ulak Jermun. Sebelumnya, warga hanya menangkap ikan dari sungai. ”Waktu itu, karamba dikenalkan tim dari Jakarta. Katanya Sungai Komering cocok untuk karamba,” kata pemilik 10 karamba itu.
Saat ini, di sepanjang Kecamatan SP Padang, karamba-karamba terlihat berjejer di sepanjang Sungai Komering. ”Produksi ikan tawar kecamatan ini sekitar 10.000 ton setahun dengan jumlah karamba sekitar 6.000 unit,” kata Ali.
Pemasaran terbatas
Beberapa kendala memang masih menghadang usaha ini. Di bidang pemasaran, jalur penjualan masih terbatas. Pemasaran ikan hasil panen baru pada pedagang-pedagang kecil yang melewati desa. Pada masa panen, ikan sulit terserap pasar. Warga kerap antre berhari-hari untuk menjual ikan. Kendala lain adalah keterbatasan benih, tingginya angka kematian ikan yang mencapai 40 persen, serta mahalnya pakan yang sekitar 60 persen ongkos produksi, yaitu Rp 5 juta per karamba.
Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan OKI Abdul Muthalib mengatakan, sebagian besar atau 33 juta ekor benih ikan per tahun dipasok dari luar Sumsel sebab Balai Benih Ikan Air Tawar di OKI baru memproduksi 500.000 benih per tahun. ”Adapun tingginya kematian ikan disebabkan tingginya keasaman air,” ujarnya.
Sejumlah upaya telah dilakukan. Misalnya, bantuan mesin pembuat pakan mini 126 buah dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2010 dan 2011. Namun, mesin belum banyak digunakan pembudidaya.
Mengatasi keasaman air, dikembangkan kolam terpal untuk budidaya lele. Kolam ditaburkan kapur sehingga keasaman air dapat dinetralkan. Saat ini, sudah ada enam kelompok (90 orang) pembudidaya lele sangkuriang dengan kolam terpal yang mendapat bantuan Safver.
Hingga Desember 2010, bantuan Safver telah diberikan kepada 2.351 orang tersebar di 41 desa. Penerima bantuan Safver tahun 2012 ditingkatkan menjadi 3.500 orang. Bantuan itu bersumber dari dana pinjaman Bank Pembangunan Asia (ADB) sebesar Rp 9 miliar per tahun. Lalu, disokong lagi dengan dana APBD OKI sebesar Rp 250 juta per tahun pada 2009 dan 2010 serta Rp 75 juta tahun 2011.
Di balik geliat perikanan di Sungai Komering itu, turunnya kualitas air dan lingkungan menjadi ancaman. Itu berkaitan dengan banyaknya pembukaan perkebunan kelapa sawit di sekitar sungai

sumber : kompas tanggal 26 Maret 2012

Rabu, 06 Juni 2012

jenis-jenis ikan nila


JENIS-JENIS IKAN NILA

Ikan nila pertama kali masuk Indonesia lewat Jawa Barat pada tahun 1969. Ikan ini diintroduksi dari Taiwan (Anomim, 2008). Pada tahun 1975 didatangkan nila hibrid (hasil silang T.nilotica dan T. Mossambica) dari Taiwan. Nila merah muncul pada tahun 1981, diintroduksi dari Philipina. Pada tahun 1988-1989 didatangkan parent stock nila chitralada dari Thailand namun tidak berkembang (Anonim, Dinas Perikanan Jawa Barat 2008).
Jenis-jenis ikan nila yang berkembang saat ini antara lain:
  1. Ikan nila GIFT
Nila GIFT (Genetic Improvement Farm Tilapia)merupakan varietas baru dari jenis ikan yang dikembangkan oleh ICLARAM di Philipina.Ikan nila GIFT tersebut diintroduksi dari Philipinaa pada tahun 1995-1997 (Anonim, 2008).
  1. Ikan nila TA
Nila TA belum banyak dikenal masyarakat. Nila TA mirip dengan nila GIFT. Bedanya, garis-garis vertikal pada tubuh dan ujung sirip punggung lebih sedikit dibanding nila GIFT. Selain itu pada nila TA terdapat garis tepi berwarna merah pada sirip punggung dan ekor nila TA jantan.

  1. Nila GESIT
Merupakan jenis nila hasil pemuliaan yang dilakukan di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar (BBPBAT-KKP RI) Sukabumi bekerja sama dengan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Ikan nila gesit (Genetically Supermale Indonesia Tilapia) adalah nila yang secara genetis diarahkan menjadi jantan super. Perbaikan  genetis, yaitu menciptakan kromosom sex YY yang dibuat dengan metode rekayasa kromosom sex  ikan nila jantan normal (kromosom XY) dan betina (kromosom XX).
         Pemuliaan memerlukan  waktu sekitar 6 tahun di kolam percobaan IPB Dramaga (2001-2004) dan di BBPBAT Sukabumi (2002-2006).
         Ikan nila GESIT adalah hasil pemuliaan yang mendapatkan ikan nila monosex jantan. Dasar pemikirannya adalah ikan nila yang berkelamin jantan tumbuh lebih cepat. Pertumbuhan ikan nila GESIT monosex jantan lebih cepat sekitar 50 % dibanding yang berkelamin betina. Dengan penyediaan benih monosex jantan maka diharapkan terjado peningkatan produktivitas ikan secara nyata (Amri, Kh dan Khairuman, 2008).

  1. Ikan Nila Nirwana
Nila nirwana (nila ras wanayasa) dirilis 15 Desember 2006 oleh Dirjen Budidaya melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan. Pemuliaan selektif ikan nila nirwana dimulai pada tahun 2002 yang dilaksanakan di Balai Pengembangan Benih Ikan  (BPBI) Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di Wanayasa dengan mengoleksi 18 famili ikan nila. GIFT generasi ke-6 dari 24 famili ikan nila GET dari Philipina. Sumber genetik kegiatan seleksi adalah GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) dan GET (Genetically Enhanced Tilapia). Dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 tahun, dari tahun 2003-2006, BPBI Wanayasa telah menyeleksi 500 ekor benih yang dihasilkan oleh setiap pasang famili mendapatkan 10 pasang induk penjenis (Great Grand Parent Stock), yang selanjutnya diberi nama nila nirwana.
Dari GGPS diperoleh induk dasar (Grand Parent Stock) yang akan menghasilkan induk  sebar atau Parent Stock (PS). PS merupakan induk akhir yang menghasilkan benih sebar untuk kebutuhan para pembudidaya.
Keunggulan nila nirwana terletak terletak pada kecepatan pertumbuhannya. Bobot nila nirwana mampu meningkat sekitar 45% pada generasi ke-3 (F3) dibandingkan  dengan generasi awalnya.
Pemeliharaan sejak larva hingga berbobot di atas 65o gram/ekor dapat dicapai dalam waktu 6 bulan. Hal ini jauh lebih cepat dari nila jenis lain. Bentuk tubuh nila nirwana relatif lebih lebar dengan panjang kepala yang lebih pendek. Nila ini memiliki tekstur daging yang lebih tebl dibandingkan jenis nila lainnya.
  1. Nila BEST
Nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) merupakan nila hasil perbaikan genetik yang dilakukan oleh Balai Riset Budidaya Air Tawar Bogor. Nila BEST dinyatakan lulus uji pada tahun 2008. Ikan nila jenis ini mempunyai kemampuan tumbuh yang cepat. Ikan nila BEST juga mempunyai kemampuan adaptasi yang sangat baik terhadap salinitas (Anonim, Dinas Perikanan Jawa Barat, 2008, Odang, C. Adi S, Penebar Swadaya, 2009).
 Sumber :Sapto Ciptanto (Top 10 Ikan Air Tawar)

Pages